Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 13 Agustus 2016

ASKEP MENINGITIS



KONSEP DASAR MEDIS

A.    DEFENISI
            Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
            Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
            Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat.

B.     ETIOLOGI
1.      Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2.      Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.

C.     KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1.      Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2.      Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

D.    PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.




E.     MANIFESTASI KLINIK
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1.      Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2.      Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3.      Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a.       Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b.      Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c.       Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
d.      Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
e.       Kejang akibat area  fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
4.      Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
5.      Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

F.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a.       Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b.      Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2.      Pemeriksaan hematologi klinik
a.       Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
b.      LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
c.       Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
d.      Elektrolit darah : Abnormal .
e.       ESR/LED :  meningkat pada meningitis
f.       Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
3.      Pemeriksaan radiologi
a.       MRI/CT SCAN : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
b.      Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

G.    PENATALAKSANAAN
Pengobatan biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai. Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :
Antibiotik
Organisme


Penicilin G




Gentamicyn



Chlorampenikol
Pneumoccocci
Meningoccocci
Streptoccocci


Klebsiella
Pseudomonas
Proleus

Haemofilus Influenza
Terapi TBC
·  Streptomicyn
·  INH
·  PAS
Micobacterium Tuber culosis

H.    KOMPLIKASI
1.      Hidrosefalus obstruktif
2.      MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3.      Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4.      SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.      Efusi subdural
6.      Kejang
7.      Edema dan herniasi serebral
8.      Cerebral palsy
9.      Gangguan mental
10.  Gangguan belajar
11.  Attention deficit disorder














KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.      Biodata klien
2.      Riwayat kesehatan yang lalu
a.       Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
b.      Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
c.       Pernahkah operasi daerah kepala ?
3.      Riwayat kesehatan sekarang
a.       Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
b.      Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
c.       Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d.      Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
e.       Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f.       Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
g.      Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah,  menangis.
h.      Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
2.      Nyeri akut  berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak dan peningkatan TIK
3.      Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran.

C.     RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DX 1 : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan
·         Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit
·         Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil
·         Tanda-tanda vital dalam batas normal
·         Rasa sakit kepala berkurang
·         Kesadaran meningkat
·         Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.





Rencana Tindakan
INTERVENSI
RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output
hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.
Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava
Kolaborasi dalam pmberian terapi cairan perinfus dengan perhatian ketat.
Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral
Kolaborasi dengan tim medis monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
Kola borasi dengan tim medias dalam pemberian obat
Mengurangi keluhan dan mempercepat proses penyembuhan

DX 2 : Nyeri akut  berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak dan peningkatan TIK
Tujuan :
·         Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
Kriteria hasil :
·         Pasien dapat tidur dengan tenang
·         Mengungkapkan penurunan rasa sakit.



Rencana Tindakan
INTERVENSI
RASIONALISASI
Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang
Menurukan reaksi terhadap rangsangan ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan pasien untuk beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala dan kain dingin pada mata
Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati
Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan rasa sakit / disconfort
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan : Narkotika merupakan kontraindikasi karena berdampak pada status neurologis sehingga sukar untuk dikaji.

DX 3 : Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Kriteria hasil :
·         Tidak terjadi injuri
·         Terpasang palang/pengaman pada pinggir tempat tidur klien
Rencana Tindakan
INTERVENSI
RASIONALISASI
Monitor terjadinya/adanya kejang
Gambaran sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat pasien.
Melindungi pasien bila kejang terjadi
Pertahankan bedrest total selama fae akut
Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Untuk mencegah atau mengurangi kejang.











DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah.     Terjemahan Suzanne C. Smeltzer. Edisi 8. Jakarta: EGC
Kurt J, Isselbacher, dkk. (2009). Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam.    Jakarta: EGC.
Long, Barbara C. (2006). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses      Keperawatan). Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran Bandung
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. (2012). Asuhan Keperawatan . Edisi 2. Jakarta :             Salemba Medika.























 

Blogger news

Blogroll

About