Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 07 Mei 2015

ASKEP GEA (GASTROENTERITIS AKUT)



GEA
(GASTROENTERITIS AKUT)

KONSEP MEDIS
A.    Defenisi
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan  dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Lynn Betz,2009).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram.
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.

B.     Etiologi
1.      Faktor infeksi
a.       Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina, Aeromonas, dan sebagainya.
b.      Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
c.       Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
2.      Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3.      Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4.      Factor psikologis, Rasa takut dan cemas.
5.      Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6.      Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.

C.     Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1.      Berdasarkan lama waktu :
a.       Akut : berlangsung < 5 hari
b.      Persisten : berlangsung 15-30 hari
c.       Kronik : berlangsung > 30 hari
2.      Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a.       Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b.      Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit

3.      Berdasarkan derajatnya
a.       Diare tanpa dihindrasi
b.      Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c.       Diare dengan dehidrasi berat
4.      Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a.       Infektif
b.      Non infeksif

D.    Manifestasi Klinik
1.      Diare.
2.      Muntah.
3.      Demam.
4.      Nyeri abdomen\
5.      Membran mukosa mulut dan bibir kering
6.      Fontanel cekung
7.      Kehilangan berat badan
8.      Tidak nafsu makan
9.      Badan terasa lemah

E.     Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

F.      Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan darah tepi lengkap
2.      Pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma
3.      Pemeriksaan urine lengkap
4.      Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
5.      Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
6.      Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat dianjurkan
7.      Duodenal intubation  untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif tentang pada diare kronik.
8.      Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (gda) & elektrolit (na, k, ca, dan p serum yang diare disertai kejang)
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
1.      Kehilangan BB
a.       Tidak ada dehidrasi     : menurun BB < 2 %
b.      Dehidrasi ringan                      : menurun BB 2 - 5%
c.       Dehidrasi sedang                    : menurun BB 5 - 10%
d.      Dehidrasi berat                        : menurun BB 10%
2.      Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk (selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :
  1. 1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
  2. 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
  3. 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebiih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus,biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukost yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing dan parasit dewasa.. (Sudoyo,2007:408)




G.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Menurut John (2004:234)
1.      Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa, 10- 20ml
2.      Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual muntah
3.      Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg.
4.      Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali.
5.      Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic
6.      Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi

H.    Komplikasi
1.      Dehidrasi
2.      Renjatan hipovolemik
3.      Kejang
4.      Bakterimia
5.      Mal nutrisi
6.      Hipoglikemia
7.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

KONSEP KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan pemeriksaan fisik . Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :
1.      Identitas klien.
2.      Riwayat keperawatan.
a.       Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
b.      Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

3.      Riwayat kesehatan masa lalu.
4.      Riwayat penyakit keluarga.
5.      Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat antidiare, terapi intravena, dan antibiotic.
6.      Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
  1. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
  2. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan pasien.
  3. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
  4. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
  5. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
  6. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
  7. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
  8. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada penyakit.
  9. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
  10. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
  11. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena gejala penyakit.




B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Diare berhubungan dengan infeksi, makanan, psikologis
2.      Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi
4.      Nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder gastro enteritis
5.      Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi terhadap dehidrasi
6.      Perubahan integritas kulit berhubungan dengan iritan lingkungan sekunder terhadap kelembapan.

C.     Intervensi
Dx 1.
Diare berhubungan dengan infeksi, makanan, psikologis
Tujuan : Mencapai BAB normal yang ditunjukkan dengan :
1.      Penurunan frekuensi BAB sampai kurang dari 3 kali sehari
2.      Feses mempunyai bentuk
Intervensi:
1.      Kaji faktor penyebab yang mempengaruhi diare.
2.      Ajarkan pada klien penggunaan yang tepat dari obat – obat anti diare.
3.      Dapatkan sediaan faeses untuk pemeriksaan kultur bila diare bertambah.
4.      Pertahankan tirah baring
5.      Pantau keefektifan dan efek samping dari obat anti diare
6.      Kolaborasi untuk mendapat antibiotik         

Dx.2
Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare
Tujuan:
1.      Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
2.      Tidak terjadi dehidrasi

Intervensi:
1.      Monitor output cairan
2.      Monitor intake cairan
3.      Berikan oralit tiap habis BAB
4.      Kaji tanda – tanda dehidrasi
5.      Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit

Dx.3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi
Tujuan:
1.      Nutrisi terpenuhi
2.      Berat badan sesuai usia
3.      Nafsu makan meningkat
Intervensi:
1.      Beri diit yang tidak merangsang
2.      Motivasi keluarga untuk memberikan makanan yang tidak bertentangan dengan diare dan sesuai waktu
3.      Pertahankan kebersihan mulut
4.      Timbang berat badan tiap hari
5.      Beri diit tinggi kalori, protein, dan mineral serta rendah zat sisa

Dx.4
Nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder gastro enteritis
Tujuan : nyeri dapat berkurang
Intervensi:
1.      Beri kompres hangat di perut
2.      Ubah posisi klien bila nyeri, arahkan ke posisi yang paling aman.
3.      Kaji nyeri
4.      Kolaborasi pemberian obat analgesik
Dx.5
Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi terhadap dehidrasi
Tujuan : mempertahankan normotermia
Intervensi:
1.      Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan yang adekuat sedikitnya 2000 ml/ hari kecuali terdapat kontra indikasi penyakit jantung atau ginjal untuk mencegah dehidrasi.
2.      Monitor intake dan output dehidrasi
3.      Monitor suhu dan tanda vital    

Dx.6
Perubahan integritas kulit berhubungan dengan iritan lingkungan sekunder terhadap kelembapan
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat teratasi dengan ditandai tidak adanya lecet dan kemerahan di sekitar anal
Intervensi:
1.      Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut. Bilas dengan air, keringkan dan taburi talk
2.      Beri udara bebas pada daerah anal tiap 10 – 15 menit
3.      Beri stik laken di atas perlak klien
4.      Gunakan pakaian yang longgar.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About