Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 13 Agustus 2016

ILEUS OBSTRUKSI



KONSEP DASAR MEDIS

A.    DEFENISI
Ileus obstruksi adalah blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus, dan makanan, dapat secara mekanis atau fungsional.
Ileus obstruksi adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran normal melalui saluran pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2002).
Ileus obstruksi adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ileus obstruksi adalah penyumbatan yang terjadi secara parsial atau komplit, mekanik atau fungsional, yang terjadi bisa diusus halus ataupun diusus besar, dapat mengakibatkan terhambatnya pasase cairan, flatus, dan makanan.

B.     ETIOLOGI
Penyebab dari ileus obstruksi adalah :
1.      Mekanis
a.       Adhesi, sebagai perlengketan fibrosa (jaringan ikat) yang abnormal di antara permukaan peritoneum yang berdekatan, baik antar peritoneum viseral maupun antara peritoneum viseral dengan parietal
b.      Hernia, terjebaknya bagian usus pada lubang abnormal.
c.       Karsinoma, tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus, atau tumor diluar usus mendesak dinding usus.
d.      Massa makanan yang tidak dicerna.
e.       Sekumpulan cacing
f.       Tinja yang keras.
g.      Volvulus, terplintir atau memutarnya usus.
h.      Intussusception, masuknya satu segmen usus kedalam usus itu sendiri.
2.      Fungsional
Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.

C.    MANIFESTASI KLINIK
1.      Nyeri tekan pada abdomen.
2.      Muntah.
3.      Konstipasi (sulit BAB).
4.      Distensi abdomen.
5.      BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus.
D.    PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan terenggang oleh cairan dan gas (70 % dari gas yang tertelan) akibat penekanan intralumen menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus kedarah. Sekitar 8 liter cairan diekskresi kedalam saluran cerna setiap hari, karena tidak adanya absorpsi mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan merupakan sumber utama kehilangan cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang ekstra sel yang mengakibatkan syok hipotensi. Pengaruh curah jantung, pengurangan perfusi jaringan dan asidosis metabolic. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrotik, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik. Kehilangan sodium dan ion-ion klorida menyebabkan keluarnya potassium dari sel, mengakibatkan alkalosis hipovolemik.
Menurut Susan C Smeltzer & Brenda G. Bare (2002), akumulasi isi usus, cairan, dan gas terjadi didaerah diatas usus yang mengalami obstruksi. Distensi dan retensi cairan mengurangi absorpsi cairan dan merangsang lebih banyak sekresi cairan lambung. Dengan peningkatan distensi, tekanan darah lumen usus meningkat, menyebabkan penurunan tekanan kapiler vena dan arteriola. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan edema, kongesti, nekrosis, dan akhirnya rupture atau perforasi. Muntah refluk dapat terjadi akibat distensi abdomen.

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
1.      Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam usus.
2.      Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.
3.      Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara dalam usus halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan, dilakukan radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi.

F.     PENATALAKSANAAN
1.      Pasang selang hidung untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen.
2.      Pasang infus untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit.
3.      Lakukan pembedahan.

G.    KOMPLIKASI
1.      Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2.      Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.
3.      Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4.      Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.












KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas
a.    Identitas klien
Data yang terdapat berupa nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor registrasi, diagnosa medik.
b.      Identitas penanggung jawab
Mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
2.      Riwayat keperawatan
a.       Keluhan utama
Gangguan utama/terpenting yang dirasakan klien sehingga ia butuh pertolongan.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit sekarang yang ditemukan ketika dilakukan pengkajian yang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan teknik PQRST. Pasien ileus obstruktif sering ditemukan nyeri kram, rasa ini lebih konstan apalagi bila bergerak akan bertambah nyeri dan menyebar pada distensi, keluhan ini mengganggu aktivitas klien, nyeri ini bisa ringan sampai berat tergantung beratnya penyakit dengan skala 0 sampai 10. Klien post laparatomi pun mengeluh nyeri pada luka operasi, nyeri tersebut akan bertambah apabila klien bergerak dan akan berkurang apabila klien diistirahatkan, sehingga klien biasanya hanya berbaring lemas. Nyeri yang dirasakan klien seperti disayat-sayat oleh benda tajam letaknya disekitar luka operasi, dengan skala nyeri lebih dari 5 (0-10).
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Klien dengan ileus obstruktif mempunyai riwayat pernah dioperasi padabagian abdomen, yang mengakibatkan terjadinya adhesi. Klien post laparatomi biasanya mempunyai riwayat penyakit pada system pencernaan.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat dalam keluarga sedikit sekali kemungkinan mempunyai ileus obstruktif karena kelainan ini bukan merupakan kelainan genetik, ada kemungkinan pada keluarga dengan ileus obstruktif dan post laparatomi mempunyai riwayat penyakit kanker dan dapat pula mempunyai riwayat cacingan pada keluarga.
e.       Activity Daily Life
1)      Nutrisi
Nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah.
2)      Eliminasi
Klien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus karena peristaltik usus menurun/ berhenti.
3)      Istirahat
Tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung dan muntah.
4)      Aktivitas
Badan lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
5)      Personal Hygiene
klien tidak mampu merawat dirinya.
f.       Pemeriksaan fisik ROS (Review Of System)
1)      Sistem kardiovaskular
Tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada oedema, tekanan darah 130/90 mmHg, BJ I dan BJ II terdengar normal
2)      Sistem respirasi
Pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada normal, dada simetris, sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing dan tidak ada ronchi
3)      Sistem hematologi
Terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
4)      Sistem perkemihan
Produksi urin menurun BAK < 500 cc
5)      Sistem muskuloskeletal
Badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri
6)      Sistem integumen
Tidak ada oedema, turgor kulit menurun, tidak ada sianosis, pucat
7)      Sistem gastrointestinal
Tampak mengembang atau buncit, teraba keras, adanya nyeri tekan, hipertimpani, bising usus > 12x/mnt, distensi abdomen.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri akut b/d peningkatan tekanan intralumen
2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan berlebih
3.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah
4.       Resiko infeksi b/d komplikasi peritonitis septikemia

C.    RENCANA KEPERAWATAN

No.
Diagnosa Keperawatan
Rencana Asuhan keperawatan
NOC
NIC
1.
Nyeri akut
Setelah di lakukan tindakan perawatan nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil :
1.      Tidak ada tanda-tanda nyeri
2.      Skala nyeri  (0-3).
3.      Ekspresi wajah rileks.
4.      TTV dalam batas normal
1.      Observasi tingkat nyeri
2.      Pantau status abdomen tiap 4 jam
3.      Pertahankan klien pada posisi semi fowler
4.      Pertahankan puasa sampai bising usus kembali, distensi abdomen berkurang dan flatus keluar
5.      Ajarkan teknik relaxasi dan distraksi
6.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
2.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
1.      TTV dalam batas normal.
2.      Turgor kulit normal (<2 detik)
3.      Membran mukosa bibir basah.
1.      Observasi TTV
2.      Kaji turgor kulit,kelembaban  membran mukosa (bibir, lidah)
3.      Observasi intake dan output
4.      Berikan cairan tambahan intravena sesuai indikasi
5.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
3.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pemenuhan nutrisi optimal
Kriteria hasil :         
1.      BB meningkat atau normal sesuai umur
2.      Nafsu makan meningkat
3.      Pasien tidak mengalami mual, muntah

1.      Timbang BB klien
2.      Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase akut
3.      Berikan makan sedikit tapi sering.
4.       Konsultasi dengan ahli gizi
5.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
4.
Resiko infeksi
setelah dilakukan tindakan diharapkan klien tidak menunjukkkan tanda dan gejala infeksi.
Kriteria hasil :
1.      Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC)
2.      Leukosit normal 4.000-11000 µml

1.      Pantau kualitas & intensitas nyeri, observasi TTV, distensi abdomen
2.      Beri tahu segera bila nyeri abdomen, suhu, lingkaran abdomen terus meningkat.
3.      Siapkan pasien untuk pembedahan bila direncanakan
4.      Ikuti kewaspadan umum (Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan






















DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman bua Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah.  Jakarta : EGC.
Setiawan, Wawan. 2010. Intervensi & Rasional Ileus Obstruktif. (http://wawanjokamblog.blogspot.com/. Diakses tanggal 11 Januari 2011).
Zwani. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dgn Obstruksi Usus (http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-usus.html. Diakses tanggal 15 Juni 2016).
Harnawati. 2008. Obstruksi Usus. (http:// harnawatiaj. wordpress. com /2008/02/21/obstruksi-usus/. Diakses tanggal 15 juni 2016).
Vanilow, Barry. 2010. Askep Ileus Obstruksi . (http://barryvanilow.blogspot.com/. Diakses tanggal 15 juni 2016).




















0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About