Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 07 Mei 2015

ASKEP GASTRITIS



GASTRITIS

KONSEP MEDIS
A.    Defenisi
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat di buktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Baughman dan Haskley. 2000)
Gastritis  adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara histologis dapat dibuktikan dengan  inflamasi sel-sel radang pada daerah tersebut didasarkan pada manifestasi klinis dapat  dibagi menjadi akut dan kronik (Hirlan, 2001 : 127).
Gastritis merupakan gangguan yang sering terjadi dengan karakteristik adanya anorexia, rasa penuh, dan tidak enak pada epigastrium, mual, muntah. Gastritis adalah peradangan mukosa lambung, eksplorasi, mukosa lambung, atau kadang-kadang peradangan bakteri. (Ester, Monica.. 2001)

B.     Etiologi
1.      Infeksi bakteri.
                  Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Diperkirakan penularan terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan perlindungan dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
2.      Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus\
                  Obat analgesic anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
3.      Penggunaan alkohol secara berlebihan.
                  Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4.      Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan perdarahan dan gastritis.
5.      Stres fisik
                  Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta perdarahan pada lambung.

6.      Kelainan autoimmune
                  Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorpsi vitamin B12). Kekurangan B12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.
7.      Crohn’s disease.
                  Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala gastritis.
8.      Radiasi dan kemoterapi.
                  Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar penghasil asam lambung.
9.      Penyakit bile refluk.
                  Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.

C.     Patofisologi
1.      Gastritis superfisial akut
Merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering. Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superficial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandug sangat sedikit asam tetapi banyak mucus. Ulserasi superficial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Mukosa lambung dapat memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang-kadang hemoragi memerlukan intervensi bedah.
2.      Gastritis atrofik kronik
Gastritis kronik diklasifikasikan menjadi tipe A dan tipe B. Tipe A (sering disebut gastritis autoimun) ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilang sel parietal dan sel chief. Akibatnya, produksi asam klorida, pepsi dan faktor intrinsik menurun. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata. Minum alkohol berlebihan, teh manis dan merokok merupakan predisposisi timbulnya gastritis akut. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. Pylori) mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri H. Pylori; faktor diet seperti minuman panas atau peda; penggunaan obat-obatan dan alkohol; merokok atau refluks isi lambung.

D.    Manifestasi klinik
1.      Gastritis Akut
a.       Rasa pedih, kadang – timbul rasa berdenyut-denyut di perut atas yang ada hubungan dengan makanan
b.      Dapat terjadi ulserasi superfisal dan mengarah pada hemoragi
c.       Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala kelesuan, mual, anoreksia mungkin terjadi mual dan muntah serta cegukan.
d.      Beberapa pasien menunjukkan asimtomatik
e.       Dapat terjadi lokil dan diare apabila tidak dimuntahkan tetapi malah mencapai usus
f.       Pasien biasanya mulai pulih kembali sekitar sehari meskipun nafsu makan mungkin akan hilang selama 2-3 hari
2.      Gastritis kronik
a.       Keluhan yang sering diajukan oleh penderita pada umumnya bersifat ringan dan dirasakan sudah berbulan-bulan bahkan sudah bertahun-tahun.
b.      Pada umumnya mengeluh rasa tidak enak diperut atas,lekas kenyang, mual, rasa pedih sebelum atau sesudah makan dan kadang mulut terasa masam.

E.     Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.

F.      Penatalaksanaan
1.      Penatalaksaan Farmakologis
a.       Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
b.      Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.

2.      Penatakalsanaa Non-Farmakologis
                  Terapi non-farmakologis yang dapat dilakukan diantaranya mengurangi atau menghilangkan stress psikologis, menghentikan kebiasaan merokok, tidak menggunakan obat-obat golongan nonsteroidal anti-inflamatory drug (NSAID). Selain itu penderita gastritis harus menghindari makanan-makanan yang dapat menyebabkan terjadinya ulcer (tukak) seperti makanan dan minuman yang mengandung kafein, pedas dan alkohol. (Dipiro, J.T., et al., 2005)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN  
A.    Pengkajian
Pada Pengkajian biasanya yang ditanyakan kepada klien :
·         Apakah pasien mengeluh nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual dan muntah
·         Kapan terjadinya gejala, apakah sebelum makan, setelah makan, setelah mencerna makanan pedas, obat-obatan tertentu atau alcohol
·         Apakah gejala berhubungan dgn ansietas, strees, alergi, makan minum terlalu banyak atau makan terlalu cepat
·         Bagaimana gejalanya berkurang atau hilang
·         Apakah ada riwayat penyakit Lambung sebelumnya
·         Apakah pasien ada muntah darah atau tidak
·         Adakah nyeri tekan abdomen
1.      Aktivitas/istrahat
·         Gejala : kelemahan, kelelahan
·         Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap nyeri)
2.      Sirkulasi
·         Gejala : Kelemahan/nadi perifer lemah, Takikardi, Kelembapan kulit/membran mukosa: berkeringat(menunjukan nyeri akut, respon psikologi)
3.      Integritas ego
·         Gejala : perasaan tak berdaya
·         Tanda : ansietas,gelisah, pucat, berkeringat
4.      Eliminasi
Perubahan pola defekasi, karakteristik feses,nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus hiperaktif, urine pekat dan menurun.
5.      Makanan/cairan
·         Gejala : anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, tidak toleran terhadap makanan; makanan pedas, penurunan berat badan.
·         Tanda : muntah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, berat jenis urine meningkat.


6.      Neurosensori
·         Kelemahan, rasa berdenyut, pusing/sakit kepala.
·         Status mental: tingkat kesadaran dapat terganggu.
7.      Nyeri/kenyamanan
·         Gejala : Nyeri rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba, rasa ketidak nyamanan setelah makan banyak, nyeri epigastrium kiri.
·         Tanda : wajah berkerut, pucat, berkeringat.Nyeri epigastrium kiri,
·         Faktor pencetus; makanan, rokok, penggunaan obat-obat tertentu(salisilat, antibiotik, ibu profen)stress pskilogi.
8.      Keamanan
·         Gejala : alergi terhadap obat/sensitive
·         Tanda : peningkatan suhu, eritema.

B.     Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa asam lambung
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat, mual dan muntah
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan absorbsi nutrisi berkurang
4.      Ansietas behubungan dengan perubahan status kesehatan

C.     Intervensi keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa asam lambung
Intervensi :
·         Kaji ulang tingkat nyeri klien
·         Berikan informasi tentang berbagai strategi yang dipilih untuk menurunkan rasa nyeri
·         Anjurkan klien dan keluarga agar tidak makan makanan dan minuman yang merangsang peningkatan asam lambung
·         Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.
·         Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidak nyamanan.
·         Gunakan susu biasa dari susu skim, bila susu dimungkinkan.
·         Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian analgetik:
o   Morfin sulfat
o   Aseraminofen (tylenol)
o   Antasida
o   Antikolinergik ; belladona, atropine




2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat, mual dan muntah.
Intervensi :
·         Jelaskan klien dan keluarga tentang pentingnya makanan bagi tubuh.
·         Monitor jumlah makanan yang masuk.
·         Monitor adanya muntah dan catat jumlah, frekuensi dan warna.
·         Berikan makanan yang bervariasi menurut dietnya untuk merangsang nafsu makan.
·         Berikan makanan dalam porsi kecil namun sering.
·         Berikan cairan intravena sesuai indikasi.
·         Tambahan asupan protein, trigliserida rantai sedang.
·         Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian obat anti emetik.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan absorbsi nutrisi berkurang
Intervensi :
·         Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai keerluan.
·         Ubah posisi dengan sering
·         Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat.
·         Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri pada daerah epigastrium.

4.      Ansietas behubungan dengan perubahan status kesehatan
Intervensi :
·         Kaji rasa cemas klien
·         Beri kesempatan pada klien mengungkapkan rasa cemasnya.
·         Jelaskan pada klien tentang diet yang bisa dijalankan setelah sembuh.
·         Jelaskan pada klien tantang prosedur pengobatan/perawatan yang akan dilakukan dan dianjurkan kooperatif didalamnya.
·         Berikan motivasi pada klien tentang kesembuhannya.











DAFTAR PUSTAKA



0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About