HIPERTENSI
KONSEP DASAR MEDIS
A.
DEFENISI
Beberapa definisi hipertensi adalah sebagai berikut :
Hipertensi adalah tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi
yang abnormal dan diukur palingtidak pada tiga kesempatan yang berbeda.
Hipertensi adalah kondisi abnormal
dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan saitolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik ≥ 90
dan atau tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Taufan
Nugroho, 2011).
Hipertensi adalah tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg, atau bila paien
memakai obat antihipertensi. Dari beberapa definisi mengenai hipertensi di atas
dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah tekanan darah diatas 140/90 mmHg,
tinggi rendahnya juga tergantung pada usia.
Adapun Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18
tahun keatas menurut Joint National Committee on Prevenion, Detectoion,
Evaluation, and Treatment of High Blood pressure, Yaitu :
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah
KATEGORI
|
SISTOLIK
|
DIASTOLIK
|
Normal
Tinggi normal
Hipertensi :
·
Stadium 1 (ringan)
·
Stadium 2 (sedang)
·
Stadium 3 (berat)
·
Stadium 4 (sangat berat)
|
<130 mmHg
130 – 139 mmHg
140 – 159 mmHg
160 – 179 mmHg
180 – 209 mmHg
>210 mmHg
|
<85 mmHg
85 – 89 mmHg
90 – 99 mmHg
100 – 109 mmHg
110 – 119 mmHg
>120 mmHg
|
B.
ANATOMI
FISIOLOGI
1.
Anatomi
jantung
Jantung adalah organ
berongga, berotot, yang terletak
ditengah toraks dan ia menempati rongga antara paru dan diafragma yang beratnya
sekitar 300 g. Daerah pertengahan dada antara kedua paru disebut sebagai
mediastinum. Sebagaian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung yang
terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang disebut pericardium. Sisi kanan
jantung dan kiri masing-masing tersusun atas dua kamar, atrium dan ventrikel.
Dinding yang memisahkan kamar kanan dan kiri disebut septum. Karena posisi
jantung agak memutar dalam rongga dada, maka ventrikel kanan terletak lebih ke
anterior ( tepat di bawah sternum ) dan ventrikel kiri lebih ke posterior.
2.
Fisiologi
Jantung
Fungsi jantung adalah
memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil
mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme. Aktivitas listrik
jantung terjadi akibat ion bergerak menembus membran sel. Pada keadaan
istirahat otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi dan pada saat
siklus jantung bermula saat dilepaskannya implus listrik disebut fase
depolarisasi. Adapun repolarisasi terjadi saat sel kembali kekeadaan dasar dan
sesuai dengan relaksasi otot miokardium.Prinsip penting yang menentukan arah
aliran darah adalah aliran cairan dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Perubahan tekanan yang terjadi dalam kamar jantung selama
siklus jantung di mulai dengan diastolic saat ventrikel berelaksasi. Selama
diastolik, katup atrioventrikularis terbuka dan darah yang kembali dari vena
mengalir ke atrium dan kemudian ke ventrikel. Pada titik ini ventrikel itu
sendiri mulai berkontraksi ( sistolik ) sebagai respon propagasi implus listrik
yang dimulai di nodus SA beberapa milidetik sebelumnya. Selama sistolik tekanan
di dalam ventrikel dengan cepat meningkat, mendorong katup AV untuk menutup.
Pada saat berakhirnya sistolik, otot ventrikel berelaksasi dan tekanan dalam
kamar menurun dengan cepat. Secara bersamaan, begitu tekanan di dalam ventrikel
menurun drastissampai di bawah tekanan atrium, nodus AV akan membuka, ventrikel
mulai terisi dan urutan kejadian berulang kembali
C.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin,
(2009 ; 485), antara lain :
a.
Kecepatan
denyut jantung
b.
Volume
sekuncup
c.
Asupan
tinggi garam
d.
Vasokontriksi
arterio dan arteri kecil
e.
Stres
berkepanjangan
f.
Genetik
Sedangkan menurut Jan Tambayong (2000) etiologi dari
hipertensi adalah sebagai berikut :
a.
Usia
Insidens hipertensi makin meningkat
dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada yang kurang dari 35 tahun dengan
jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
b.
Kelamin
Pada umumnya insidens pada pria lebih
tinggi daripada wanita, namun pada uia pertengahan dan lebih tua, insidens pada
waktu mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insidens pada wanita
lebih tinggi.
c.
Ras
Hipertensi pada yang berkulit
hitampaling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih. Akibat penyakit ini
umumnya lebih berat pada ras kulit hitam. Misalnya mmortalitas pasien pria
hitam dengan diastole 115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria
berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih.
d.
Pola
hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan,
dan faktor pola hidup lain telah
diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, dan kehidupan atau
pekerjaan yang penus stes agaknya
berhubungan dengan insidens hipertensi yang lebih tinggi
e.
Diabetes
mellitus
Hubungan antara diabetes melitus dan
hipertensi kurang jelas, namun secara statistik nyata ada hubungan antara
hipertensi dan penyakit arteri koroner.
f.
Hipertensi
sekunder
Seperti dijelaskan sebelumnya,
hipertensi dapat terjadi akibat yang tidak diketahui. Bila faktor penyebab
dapat diatasi, tekanan darah dapat kembali normal.
g.
Insiden
Penyakit hipertensi lebih banyak
menyerang wanita dari pada pria, Sekitar 20% populasi dewasa mengalami
hipertensi ; lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi esensial
(primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami
kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder), seperti
penyempitan renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi
organ, tumor dan kehamilan.
D.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi
dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer.
E.
MANISFESTASI
KLINIS
Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pederita
hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009 ; 487), antara lain :
a.
Sakit
kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranium.
b.
Penglihatan
kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
c.
Cara
berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susuna saraf pusat.
d.
Nokturia
yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
e.
Edema
dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
Sedangkan menurut Marllyn Doengoes (2000). Tanda dari
hipertensi adalah kelemahan, napas pendek, frekuensi jantung meningkat,
ansietes, depresi, obesitas, pusing, sakit kepala, tekanan darah meningkat.
F.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi menurut
Elizabeth J. Corwin (2009), antara lain :
a.
Stroke
b.
Infark
miokard
c.
Gagal
ginjal
d.
Ensefalopati
(kerusakan otak)
e.
Kejang
G.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1.
Pemeriksaan
Laboratorium
·
Hb/Ht
: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
·
BUN
/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
·
Glucosa
: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
·
Urinalisa
: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
2.
CT
Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3.
EKG
: Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4.
IUP
: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
5.
Photo
dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
H.
PENATALAKSANAAN
MEDIC
1.
Penatalaksanaan
Non Farmakologis
·
Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadar adosteron dalam plasma
·
Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi
pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
2.
Farmakologik
Sesuai dengan rekomendasi WHO/ISH
dengan mengingat kondisi pasien, sasarkan pertimbangan dan prisif sebagai
berikut:
·
Mulai
dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum belum optimal, contoh
agen beta bloker ACE.
·
Kombinasi
dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat dosis tinggi. Contoh:
diuretic dengan beta bloker.
·
Bila
tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek samping ganti DHA yang
lain
·
Pilih
yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan meningkatkan
kepatuhan.
·
Pasien
dengan DM dan insufistensi ginjal terapi mula lebih dini yaitu pada tekanan
darah normal tinggi.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
a.
Aktifitas
Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, tachypnea.
b.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung kongesti/katup
dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda :
Kenaikan tekanan darah.
Nadi :
denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut.
Denyut apical : titik point of maksimum impuls, mungki bergeser atau sangat
kuat.
Frekuensi/irama : takikardia, berbagai disritmia.
Bunyi jantung : tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II
dan bunyi jantung III.
Murmur stenosis valvular.
Distensi vena jugularis/kongesti
vena.
Desiran vaskuler tidak terdengar di
atas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri).
Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler
mungkin lambat atau tertunda.
c.
Integritas
ego
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah
kronik, factor stress multiple.
Tanda :
Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela
nafas, penurunan pola bicara.
d.
Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
e.
Makanan
dan cairan
Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak,
kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.
Tanda :
Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, kongesti vena, distensi
vena jugulalaris, glikosuria.\
f.
Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub
occipital, Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh, Gangguan
penglihatan dan episode statis staksis.
Tanda :
Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek, proses
fikir atau memori.
Respon motorik : penurunan kekuatan, genggaman tangan
Perubahan retinal optic : sclerosis, penyempitan arteri ringan –
mendatar, edema, papiladema, exudat, hemorgi.
g.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri
tungkai yang hilang timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital berat. Nyeri abdomen/massa.
h.
Pernafasan
(berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja tachypnea,
ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda :
Distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan,
sianosis.
i.
Keamanan
Keluhan : Gangguan koordinasi/cara berjalan.
Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Resiko
tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
Afterloadvasokontriksi.
2.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3.
Nyeri
akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
4.
Perubahan
Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik pola
hidup menotong.
5.
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan atau daya ingat.
C.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
1.
Resiko
tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
Afterloadvasokontriksi.
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital tiap hari, terutama tekanan darah.
- Observasi warna kulit, kelembapan dan suhu
- Catat adanya edema umum/ tertentu
- Beri posisi yang nyaman ; meninggikan kepala tempat tidur
- Anjurkan teknik relaksasi ;tarik napas dalam
- Kolaborasi Pemberian diuretik Vasodilator Pembatasan cairan dan diet Na
2.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Intervensi :
a.
Kaji
respon klien terhadap aktivitas
b.
Observasi
tanda-tanda vital
c.
Observasi
adanya nyeri dada, pusing keletihan dan pingsan.
d.
Ajarkan
cara penghematan energy
e.
Berikan
dorongan untuk melakukan aktivitas.
3.
Nyeri
akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
Intervensi :
a.
Mempertahankan
tirah baring selama fase akut.
b.
Berikan
kompres dingin, ajarkan teknik relaksasi
c.
Beri
penjelasan cara untuk meminimalkan aktivitas vasokontrisi
d.
Bantu
pasien dalam ambulansi sesuai kebutuhan
e.
Kolaborasi
dalam pemberian analgesikom dan penenang
4.
Perubahan
Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik pola
hidup menotong.
Intervensi :
a.
Kaji
pemahaman pasien tentang hubungan antara kegemukan dan hipertensi
b.
Kaji
masukan kalori harian dan pilihan diet
c.
Bicarakan/diskusikan
pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan garam lemak dan gula
sesuai indikasi
d.
Timbang
berat badan tiap hari
e.
Rujuk
ke ahli gizi sesuai indikasi.
5.
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan atau daya ingat.
Intervensi :
a.
Tetapkan
dan nyatakan batas tekanan darah normal. Jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya pada jantung, pembuluh darah ginjal dan otak
b.
Hindari
mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat
menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang di inginkan.
c.
Bantu
pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat di
ubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, pola hidup
monoton, merokok dan minum alcohol
d.
Bahas
pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien membuatkan rencana dalam
menghentikan merokok
e.
Sarankan
pasien untuk sering mengubah posisi,olah raga kaki saat berbaring
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Buku Ajar :
Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
terimakasih banyak, sangat membantu sekali nih artikelnya..
BalasHapushttp://obatasliindonesia.com/