Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 07 Mei 2015

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI



HIPERTENSI

KONSEP DASAR MEDIS
A.    DEFENISI
Beberapa definisi hipertensi adalah sebagai berikut :
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur palingtidak pada tiga kesempatan yang berbeda.
Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan saitolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik ≥ 90 dan atau tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Taufan Nugroho, 2011).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg, atau bila paien memakai obat antihipertensi. Dari beberapa definisi mengenai hipertensi di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah tekanan darah diatas 140/90 mmHg, tinggi rendahnya juga tergantung pada usia.
Adapun Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas menurut Joint National Committee on Prevenion, Detectoion, Evaluation, and Treatment of High Blood pressure, Yaitu :
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah
KATEGORI
SISTOLIK
DIASTOLIK
Normal
Tinggi normal
Hipertensi :
·         Stadium 1 (ringan)
·         Stadium 2 (sedang)
·         Stadium 3 (berat)
·         Stadium 4 (sangat berat)
<130 mmHg
130 – 139 mmHg

140 – 159 mmHg
160 – 179 mmHg
180 – 209 mmHg
>210 mmHg
<85 mmHg
85 – 89 mmHg

90 – 99 mmHg
100 – 109 mmHg
110 – 119 mmHg
>120 mmHg

B.     ANATOMI FISIOLOGI
1.      Anatomi jantung
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang  terletak ditengah toraks dan ia menempati rongga antara paru dan diafragma yang beratnya sekitar 300 g. Daerah pertengahan dada antara kedua paru disebut sebagai mediastinum. Sebagaian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung yang terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang disebut pericardium. Sisi kanan jantung dan kiri masing-masing tersusun atas dua kamar, atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan dan kiri disebut septum. Karena posisi jantung agak memutar dalam rongga dada, maka ventrikel kanan terletak lebih ke anterior ( tepat di bawah sternum ) dan ventrikel kiri lebih ke posterior.
2.      Fisiologi Jantung
Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme. Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion bergerak menembus membran sel. Pada keadaan istirahat otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi dan pada saat siklus jantung bermula saat dilepaskannya implus listrik disebut fase depolarisasi. Adapun repolarisasi terjadi saat sel kembali kekeadaan dasar dan sesuai dengan relaksasi otot miokardium.Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Perubahan tekanan yang terjadi dalam kamar jantung selama siklus jantung di mulai dengan diastolic saat ventrikel berelaksasi. Selama diastolik, katup atrioventrikularis terbuka dan darah yang kembali dari vena mengalir ke atrium dan kemudian ke ventrikel. Pada titik ini ventrikel itu sendiri mulai berkontraksi ( sistolik ) sebagai respon propagasi implus listrik yang dimulai di nodus SA beberapa milidetik sebelumnya. Selama sistolik tekanan di dalam ventrikel dengan cepat meningkat, mendorong katup AV untuk menutup. Pada saat berakhirnya sistolik, otot ventrikel berelaksasi dan tekanan dalam kamar menurun dengan cepat. Secara bersamaan, begitu tekanan di dalam ventrikel menurun drastissampai di bawah tekanan atrium, nodus AV akan membuka, ventrikel mulai terisi dan urutan kejadian berulang kembali

C.     ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin, (2009 ; 485), antara lain : 
a.       Kecepatan denyut jantung
b.      Volume sekuncup
c.       Asupan tinggi garam
d.      Vasokontriksi arterio dan arteri kecil
e.       Stres berkepanjangan
f.       Genetik
Sedangkan menurut Jan Tambayong (2000) etiologi dari hipertensi adalah sebagai berikut :
a.       Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada yang kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
b.      Kelamin
Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada uia pertengahan dan lebih tua, insidens pada waktu mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi.
c.       Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitampaling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit hitam. Misalnya mmortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih.
d.      Pola hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor  pola hidup lain telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, dan kehidupan atau pekerjaan  yang penus stes agaknya berhubungan dengan insidens hipertensi yang lebih tinggi
e.       Diabetes mellitus
Hubungan antara diabetes melitus dan hipertensi kurang jelas, namun secara statistik nyata ada hubungan antara hipertensi dan penyakit arteri koroner.
f.       Hipertensi sekunder
Seperti dijelaskan sebelumnya, hipertensi dapat terjadi akibat yang tidak diketahui. Bila faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah dapat kembali normal.
g.      Insiden
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita dari pada pria, Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi ; lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder), seperti penyempitan renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan.

D.    PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.

E.     MANISFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pederita hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009 ; 487), antara lain :
a.       Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
b.      Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
c.       Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susuna saraf pusat.
d.      Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
e.       Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
Sedangkan menurut Marllyn Doengoes (2000). Tanda dari hipertensi adalah kelemahan, napas pendek, frekuensi jantung meningkat, ansietes, depresi, obesitas, pusing, sakit kepala, tekanan darah meningkat.

F.      KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009), antara lain :
a.       Stroke
b.      Infark miokard
c.       Gagal ginjal
d.      Ensefalopati (kerusakan otak)
e.       Kejang

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Pemeriksaan Laboratorium
·         Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
·         BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
·         Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
·         Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
2.      CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3.      EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4.      IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
5.      Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.

H.    PENATALAKSANAAN MEDIC
1.      Penatalaksanaan Non Farmakologis
·         Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma
·         Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
2.      Farmakologik
Sesuai dengan rekomendasi WHO/ISH dengan mengingat kondisi pasien, sasarkan pertimbangan dan prisif sebagai berikut:
·         Mulai dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum belum optimal, contoh agen beta bloker ACE.
·         Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat dosis tinggi. Contoh: diuretic dengan beta bloker.
·         Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek samping ganti DHA yang lain
·         Pilih yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan meningkatkan kepatuhan.
·         Pasien dengan DM dan insufistensi ginjal terapi mula lebih dini yaitu pada tekanan darah normal tinggi.






KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
a.       Aktifitas
Gejala        : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda        : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, tachypnea.
b.      Sirkulasi
Gejala        : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung kongesti/katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda        : Kenaikan tekanan darah.
Nadi                      : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut.
Denyut apical        : titik point of maksimum impuls, mungki bergeser atau sangat kuat.
Frekuensi/irama     : takikardia, berbagai disritmia.
Bunyi jantung       : tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III.
Murmur stenosis valvular.
Distensi vena jugularis/kongesti vena.
Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri).
Ekstremitas           : perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin lambat atau tertunda.
c.       Integritas ego
Gejala        : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik, factor stress multiple.
Tanda        : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas, penurunan pola bicara.
d.      Eliminasi
Gejala        : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
e.       Makanan dan cairan
Gejala        : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak, kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.
Tanda        : Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris, glikosuria.\
f.       Neurosensori
Gejala        : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital, Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh, Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.
Tanda        : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek, proses fikir atau memori.
Respon motorik     : penurunan kekuatan, genggaman tangan
Perubahan retinal optic     : sclerosis, penyempitan arteri ringan – mendatar, edema, papiladema, exudat, hemorgi.
g.      Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala        : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi. Sakit kepala  oxipital berat. Nyeri abdomen/massa.
h.      Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap/berat).
Gejala        : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja tachypnea, ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda        : Distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
i.        Keamanan
Keluhan     : Gangguan koordinasi/cara berjalan.
Gejala        : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan Afterloadvasokontriksi.
2.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3.      Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
4.      Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik pola hidup menotong.
5.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan atau daya ingat.

C.     INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan Afterloadvasokontriksi.
Intervensi :
  1. Observasi tanda-tanda vital tiap hari, terutama tekanan darah.
  2. Observasi warna kulit, kelembapan dan suhu
  3. Catat adanya edema umum/ tertentu
  4. Beri posisi yang nyaman ; meninggikan kepala tempat tidur
  5. Anjurkan teknik relaksasi ;tarik napas dalam
  6. Kolaborasi Pemberian diuretik Vasodilator Pembatasan cairan dan diet Na

2.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Intervensi :
a.       Kaji respon klien terhadap aktivitas
b.      Observasi tanda-tanda vital
c.       Observasi adanya nyeri dada, pusing keletihan dan pingsan.
d.      Ajarkan cara penghematan energy
e.       Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas.

3.      Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
Intervensi :
a.       Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
b.      Berikan kompres dingin, ajarkan teknik relaksasi
c.       Beri penjelasan cara untuk meminimalkan aktivitas vasokontrisi
d.      Bantu pasien dalam ambulansi sesuai kebutuhan
e.       Kolaborasi dalam pemberian analgesikom dan penenang

4.      Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik pola hidup menotong.
Intervensi :
a.       Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara kegemukan dan hipertensi
b.      Kaji masukan kalori harian dan pilihan diet
c.       Bicarakan/diskusikan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan garam lemak dan gula sesuai indikasi
d.      Timbang berat badan tiap hari
e.       Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.

5.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan atau daya ingat.
Intervensi :
a.       Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah ginjal dan otak
b.      Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang di inginkan.
c.       Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat di ubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton, merokok dan minum alcohol
d.      Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien membuatkan rencana dalam menghentikan merokok
e.       Sarankan pasien untuk sering mengubah posisi,olah raga kaki saat berbaring


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002

1 komentar:

  1. terimakasih banyak, sangat membantu sekali nih artikelnya..

    http://obatasliindonesia.com/

    BalasHapus

 

Blogger news

Blogroll

About