GASTRITIS
KONSEP MEDIS
A.
Defenisi
Gastritis adalah suatu proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi
dapat di buktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut
(Baughman dan Haskley. 2000)
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa
dan submukosa lambung. Secara histologis dapat dibuktikan dengan inflamasi sel-sel radang pada daerah tersebut
didasarkan pada manifestasi klinis dapat
dibagi menjadi akut dan kronik (Hirlan, 2001 : 127).
Gastritis merupakan gangguan yang
sering terjadi dengan karakteristik adanya anorexia, rasa penuh, dan tidak enak
pada epigastrium, mual, muntah. Gastritis adalah peradangan mukosa lambung,
eksplorasi, mukosa lambung, atau kadang-kadang peradangan bakteri. (Ester,
Monica.. 2001)
B.
Etiologi
1.
Infeksi
bakteri.
Sebagian
besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian
dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Diperkirakan penularan
terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui
sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan perlindungan
dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah
keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
2.
Pemakaian
obat penghilang nyeri secara terus menerus\
Obat
analgesic anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
3.
Penggunaan
alkohol secara berlebihan.
Alkohol
dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4.
Penggunaan
kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan
menyebabkan perdarahan dan gastritis.
5.
Stres
fisik
Stres
fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan juga borok serta perdarahan pada lambung.
6.
Kelainan
autoimmune
Autoimmune
atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel
sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan
secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah
zat yang membantu tubuh mengabsorpsi vitamin B12). Kekurangan B12 akhirnya
dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang tidak dirawat
dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.
7.
Crohn’s
disease.
Ketika
lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit
perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala
gastritis.
8.
Radiasi
dan kemoterapi.
Ketika
tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan tersebut menjadi permanen dan
dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar penghasil asam lambung.
9.
Penyakit
bile refluk.
Bile
(empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan
ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian
saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot
sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu
mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan
benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan
gastritis.
C.
Patofisologi
1.
Gastritis
superfisial akut
Merupakan respon mukosa
lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (masuk setelah
menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol dan aspirin merupakan
agen-agen penyebab yang sering. Membran mukosa lambung menjadi edema dan
hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi
superficial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandug sangat
sedikit asam tetapi banyak mucus. Ulserasi superficial dapat terjadi dan dapat
menimbulkan hemoragi. Mukosa lambung dapat memperbaiki diri sendiri setelah
mengalami gastritis. Kadang-kadang hemoragi memerlukan intervensi bedah.
2.
Gastritis
atrofik kronik
Gastritis kronik
diklasifikasikan menjadi tipe A dan tipe B. Tipe A (sering disebut gastritis
autoimun) ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilang sel
parietal dan sel chief. Akibatnya, produksi asam klorida, pepsi dan faktor
intrinsik menurun. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan
yang rata. Minum alkohol berlebihan, teh manis dan merokok merupakan
predisposisi timbulnya gastritis akut. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis
H. Pylori) mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung lambung dekat duodenum). Ini
dihubungkan dengan bakteri H. Pylori; faktor diet seperti minuman panas atau
peda; penggunaan obat-obatan dan alkohol; merokok atau refluks isi lambung.
D.
Manifestasi
klinik
1.
Gastritis
Akut
a.
Rasa
pedih, kadang – timbul rasa berdenyut-denyut di perut atas yang ada hubungan
dengan makanan
b.
Dapat
terjadi ulserasi superfisal dan mengarah pada hemoragi
c.
Rasa
tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala kelesuan, mual, anoreksia mungkin
terjadi mual dan muntah serta cegukan.
d.
Beberapa
pasien menunjukkan asimtomatik
e.
Dapat
terjadi lokil dan diare apabila tidak dimuntahkan tetapi malah mencapai usus
f.
Pasien
biasanya mulai pulih kembali sekitar sehari meskipun nafsu makan mungkin akan
hilang selama 2-3 hari
2.
Gastritis
kronik
a.
Keluhan
yang sering diajukan oleh penderita pada umumnya bersifat ringan dan dirasakan
sudah berbulan-bulan bahkan sudah bertahun-tahun.
b.
Pada
umumnya mengeluh rasa tidak enak diperut atas,lekas kenyang, mual, rasa pedih
sebelum atau sesudah makan dan kadang mulut terasa masam.
E.
Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada Gastritis
Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan
melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat
dan jarang terjadi perforasi.
Komplikasi yang timbul Gastritis
Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah
antrum pylorus.
F.
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksaan
Farmakologis
a.
Gastritis
Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking
(Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid
(Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur
sekresi asam lambung.
b.
Gastritis
Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan
empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.
2.
Penatakalsanaa
Non-Farmakologis
Terapi
non-farmakologis yang dapat dilakukan diantaranya mengurangi atau menghilangkan
stress psikologis, menghentikan kebiasaan merokok, tidak menggunakan obat-obat
golongan nonsteroidal anti-inflamatory drug (NSAID). Selain itu penderita
gastritis harus menghindari makanan-makanan yang dapat menyebabkan terjadinya
ulcer (tukak) seperti makanan dan minuman yang mengandung kafein, pedas dan
alkohol. (Dipiro, J.T., et al., 2005)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pada Pengkajian biasanya yang ditanyakan kepada klien :
·
Apakah
pasien mengeluh nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual dan muntah
·
Kapan
terjadinya gejala, apakah sebelum makan, setelah makan, setelah mencerna
makanan pedas, obat-obatan tertentu atau alcohol
·
Apakah
gejala berhubungan dgn ansietas, strees, alergi, makan minum terlalu banyak
atau makan terlalu cepat
·
Bagaimana
gejalanya berkurang atau hilang
·
Apakah
ada riwayat penyakit Lambung sebelumnya
·
Apakah
pasien ada muntah darah atau tidak
·
Adakah
nyeri tekan abdomen
1.
Aktivitas/istrahat
·
Gejala
: kelemahan, kelelahan
·
Tanda
: takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap nyeri)
2.
Sirkulasi
·
Gejala
: Kelemahan/nadi perifer lemah, Takikardi, Kelembapan kulit/membran mukosa:
berkeringat(menunjukan nyeri akut, respon psikologi)
3.
Integritas
ego
·
Gejala
: perasaan tak berdaya
·
Tanda
: ansietas,gelisah, pucat, berkeringat
4.
Eliminasi
Perubahan pola defekasi,
karakteristik feses,nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus hiperaktif, urine
pekat dan menurun.
5.
Makanan/cairan
·
Gejala
: anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, tidak toleran
terhadap makanan; makanan pedas, penurunan berat badan.
·
Tanda
: muntah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, berat jenis urine
meningkat.
6.
Neurosensori
·
Kelemahan,
rasa berdenyut, pusing/sakit kepala.
·
Status
mental: tingkat kesadaran dapat terganggu.
7.
Nyeri/kenyamanan
·
Gejala
: Nyeri rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba, rasa ketidak nyamanan
setelah makan banyak, nyeri epigastrium kiri.
·
Tanda
: wajah berkerut, pucat, berkeringat.Nyeri epigastrium kiri,
·
Faktor
pencetus; makanan, rokok, penggunaan obat-obat tertentu(salisilat, antibiotik,
ibu profen)stress pskilogi.
8.
Keamanan
·
Gejala
: alergi terhadap obat/sensitive
·
Tanda
: peningkatan suhu, eritema.
B.
Diagnosa
dan Perencanaan Keperawatan
1.
Nyeri
berhubungan dengan iritasi mukosa asam lambung
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak
adekuat, mual dan muntah
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan absorbsi nutrisi berkurang
4.
Ansietas
behubungan dengan perubahan status kesehatan
C.
Intervensi
keperawatan
1.
Nyeri
berhubungan dengan iritasi mukosa asam lambung
Intervensi :
·
Kaji
ulang tingkat nyeri klien
·
Berikan
informasi tentang berbagai strategi yang dipilih untuk menurunkan rasa nyeri
·
Anjurkan
klien dan keluarga agar tidak makan makanan dan minuman yang merangsang
peningkatan asam lambung
·
Berikan
makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.
·
Identifikasi
dan batasi makanan yang menimbulkan ketidak nyamanan.
·
Gunakan
susu biasa dari susu skim, bila susu dimungkinkan.
·
Kolaborasi
dengan tim medik untuk pemberian analgetik:
o
Morfin
sulfat
o
Aseraminofen
(tylenol)
o
Antasida
o
Antikolinergik
; belladona, atropine
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak
adekuat, mual dan muntah.
Intervensi :
·
Jelaskan
klien dan keluarga tentang pentingnya makanan bagi tubuh.
·
Monitor
jumlah makanan yang masuk.
·
Monitor
adanya muntah dan catat jumlah, frekuensi dan warna.
·
Berikan
makanan yang bervariasi menurut dietnya untuk merangsang nafsu makan.
·
Berikan
makanan dalam porsi kecil namun sering.
·
Berikan
cairan intravena sesuai indikasi.
·
Tambahan
asupan protein, trigliserida rantai sedang.
·
Kolaborasi
dengan tim medik untuk pemberian obat anti emetik.
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan absorbsi nutrisi berkurang
Intervensi :
·
Tingkatkan
tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai
keerluan.
·
Ubah
posisi dengan sering
·
Dorong
penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi,
bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat.
·
Awasi
terulangnya anoreksia dan nyeri pada daerah epigastrium.
4.
Ansietas
behubungan dengan perubahan status kesehatan
Intervensi :
·
Kaji
rasa cemas klien
·
Beri
kesempatan pada klien mengungkapkan rasa cemasnya.
·
Jelaskan
pada klien tentang diet yang bisa dijalankan setelah sembuh.
·
Jelaskan
pada klien tantang prosedur pengobatan/perawatan yang akan dilakukan dan
dianjurkan kooperatif didalamnya.
·
Berikan
motivasi pada klien tentang kesembuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar